(Pembaca telah merdeka,
beri dia kebebasan sepenuhnya)
Layaknya sebuah
resep masakan, cerpen juga butuh garam dan merica dalam penciptaanya. Setiap
masakan mempunyai bumbu-bumbu tersendiri yang membuatnya semakin enak disantap.
Bumbu-bumbu itu dicampur menjadi satu, sehingga sulit dipilah-pilahkan. Garam
dan merica merupakan salah satu bumbu yang larut dalm masakan, tetapi bumbu
yang lain seperti cabe dan bawang taklarut dalam masakan (masih tampak utuh).
Walaupun masih tampak utuh, rasa pedasnya cabe pun masih tersa juga dalam
masakan. Lalu, apa kaitanya dengan menulis cerpen?
Menulis cerpen
layaknya memilih bumbu mana yang akan dipakai dalam memasak. Garam memang tidak
tampak dalam masakan, tapi rasa asin akan muncul di lidah. Merica masih mungkin
tampak terlihat dalam masakan, dan rasanya pun akan masih terasa. Analogi ini
menyangkut dengan gaya penceritaan seseorang dalam bercerita.
Salah satu
sarana yang paling berguna dan paling kuat bagi penulis cerpen adalah sarana
understatement (pernyataan atau ungkapan dalam gaya menahan diri dan sering
menggunakan bentuk ironi). Anda memberi tahu pembaca lebih sedikit supaya
pembaca mengetahui lebih banyak. Pembaca diberi informasi secukupnya agar
pikiran pembaca, imajinasi pembaca dapat bekerja. Dengan understatement,
pembaca bisa menikmati kebebasanya berimajinasi dan mendapatkan kepuasan yang
besar. Ini seperti garam yang taktampak, tapi lidah bisa merasakanya dengan
sempurna.
Nah, lawan dari
understatement adalah overstatement (pengarang melukiskan dengan cermat dan
detail apa yang dilihat, dirasa, oleh pancaindra). Gaya bercerita overstatement
tidak memberi kebebasan berimajinasi pembaca. Pembaca hanya dituntun untuk
berimajinasi sesuai dengan apa yang tertulis dalam cerpen. Bagaimanapun, pasti
ada pembaca yang menyukai membaca cerpen overstatement, karena membaca
understatement mengharuskan pembaca bekerja lebih banyak dari pada
overstatement. Pembaca yang lebih suka overstatement mungkin bukan pembaca yang
terbaik.
Nah,
berceritalah seperti memasak. tak menampakkan semua bumbunya, tapi akan terasa
semuanya di lidah. Ini akan memberi kesan luar biasa kepada pembaca Anda.
*ditulis ulang dari buku "Menulis dengan Emosi" karya Carmel Bird
Tidak ada komentar:
Posting Komentar