Rabu, 30 Oktober 2013

TIPS MENULIS CERPEN: MULAILAH MEMASAK!

(Pembaca telah merdeka, beri dia kebebasan sepenuhnya)

Layaknya sebuah resep masakan, cerpen juga butuh garam dan merica dalam penciptaanya. Setiap masakan mempunyai bumbu-bumbu tersendiri yang membuatnya semakin enak disantap. Bumbu-bumbu itu dicampur menjadi satu, sehingga sulit dipilah-pilahkan. Garam dan merica merupakan salah satu bumbu yang larut dalm masakan, tetapi bumbu yang lain seperti cabe dan bawang taklarut dalam masakan (masih tampak utuh). Walaupun masih tampak utuh, rasa pedasnya cabe pun masih tersa juga dalam masakan. Lalu, apa kaitanya dengan menulis cerpen?
Menulis cerpen layaknya memilih bumbu mana yang akan dipakai dalam memasak. Garam memang tidak tampak dalam masakan, tapi rasa asin akan muncul di lidah. Merica masih mungkin tampak terlihat dalam masakan, dan rasanya pun akan masih terasa. Analogi ini menyangkut dengan gaya penceritaan seseorang dalam bercerita.
Salah satu sarana yang paling berguna dan paling kuat bagi penulis cerpen adalah sarana understatement (pernyataan atau ungkapan dalam gaya menahan diri dan sering menggunakan bentuk ironi). Anda memberi tahu pembaca lebih sedikit supaya pembaca mengetahui lebih banyak. Pembaca diberi informasi secukupnya agar pikiran pembaca, imajinasi pembaca dapat bekerja. Dengan understatement, pembaca bisa menikmati kebebasanya berimajinasi dan mendapatkan kepuasan yang besar. Ini seperti garam yang taktampak, tapi lidah bisa merasakanya dengan sempurna.
Nah, lawan dari understatement adalah overstatement (pengarang melukiskan dengan cermat dan detail apa yang dilihat, dirasa, oleh pancaindra). Gaya bercerita overstatement tidak memberi kebebasan berimajinasi pembaca. Pembaca hanya dituntun untuk berimajinasi sesuai dengan apa yang tertulis dalam cerpen. Bagaimanapun, pasti ada pembaca yang menyukai membaca cerpen overstatement, karena membaca understatement mengharuskan pembaca bekerja lebih banyak dari pada overstatement. Pembaca yang lebih suka overstatement mungkin bukan pembaca yang terbaik.
Nah, berceritalah seperti memasak. tak menampakkan semua bumbunya, tapi akan terasa semuanya di lidah. Ini akan memberi kesan luar biasa kepada pembaca Anda. 

*ditulis ulang dari buku "Menulis dengan Emosi" karya Carmel Bird

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

Cerpen (1) puisi (5)