Jumat, 06 November 2009

Surat Sekolah

Ada yang ingin kusampaikan

Sepucuk surat yang ku tulis dengan pensil kayu

Kayunya ku ambil dari sebatang pohon

Di depan sekolah

Yang sekarang digusur gara-gara surat tanah

Suratnya kukirim dengan prangko tiga ribu rupiah

Bergambar rumah adat jawa tengah

Di depan rumah, ada aku yang sedang menggambar awan merah

Tapi pensilku berwarna hitam

Aku ingin membeli pensil warna merah

Di toko sebelah

Harganya cukup dua ribu rupiah

Uangnya ku dapat dari hasil menjual puisi

Suratnya kuberikan kepada tukang pos

Tukang pos yang dulu seorang guru

Di sebuah sekolah

Yang sekarang digusur gara-gara surat tanah

Ia berkata

Sekarang sudah gratis sekolah

Silahkan menuju langit mana yang kau suka

Jangan lupa kau balas suratku ini

Kau tulis dengan pensil kayu

Kayunya kau ambil dari sebatang pohon

Di depan sekolah

Yang sekarang digusur gara-gara surat tanah

Minggu, 13 September 2009

aku menemukan cahayaku

dalam sebuah sumur
ku temukan jari kecil milik adik
yang selama ini disimpan ayah
untuk melindungi ibu
dari serbuan bulan purnama.

Minggu, 10 Mei 2009

ku tulis sejarah diatas kapas

ku tulis sejarah diatas kapas
kapas dari randu
di sebelah sekolah
yang sekarang terbelah
gara-gara surat tanah
yang ditarik kembali setelah
pemilihan umum antah bratah.

Minggu, 01 Maret 2009

semakin lama aku mengejar

tulisan ini bukan puisi, namun hanya sekedar ocehan saya. kenapa?
karena ketika saya harus mengenal cinta yang sesungguhnya, ada hal yang harus kupersembahkan untuk yang lain. huh, semoga saja tulisan ini dapat menenangkan hati saya walaupun hanya sementara. he he,,

Kamis, 26 Februari 2009

KETIKA CINTA HARUS DIAKHIRI

setelah dia kehilangan kekuatan Ultraman
Dia menikah dengan kekasihnya di planet Mars

aku ingin seperti dia

Minggu, 22 Februari 2009

Sepertiga Malam

sepertiga malam terlewati bersamamu
aku memegang tanganmu
aku berdoa
kau membaca mantra

Senin, 16 Februari 2009

ketiduran di bus

Bus merah melaju memutar rodanya
Supirnya ngantuk
Kernetnya ngamuk
Penumpangnya batuk
Uhuk.. uhuk.. uhuk..

Tiba giliranku ditagih ongkos
Kuambil uang dua puluh ribu rupiah

Kernetnya minta dua ratus ribu rupiah
Kutambah lima ribu jadi dua puluh lima ribu rupiah
Kernetnya minta tiga ratus ribu rupiah

Kutanya mengapa ongkosnya mahal,
Sambil merobek desakan dadanya ia menjawab
Seribu untuk rokok
Lima ribu untuk makan
Lima belas ribu untuk bensin
Sembilan belas ribu untuk setoran
Sepuluh ribu untuk polisi karena sering nerobos lampu merah
Sisanya, dua ratus lima puluh ribu untuk tubuh anakku
Yang mati tadi pagi
Gara-gara makan obat nyamuk
Mayatnya masih kusimpan di tangki bensin

tradisi hari ini

Tradisi Hari Ini

Aku duduk di samping pintu
Wanita itu segera menyusul di depanku
Ia tak kebagian tempat duduk
Saat diminta ongkos, seperti kudengar
Kernetnya nakal,
“dari mana mbak..”
“aku baru saja diperkosa lima lelaki
Yang satu, terkena amukan warga ia mati
Yang kedua, karena putus asa kena HIV, ia bunuh diri
Dan tiga orang lain, hilang gara-gara nyebur kali

Kernetnya melirik kanan dan kiri
Wanita itu berbisik
“biasa sajalah, kalau lihat ku memakai bikini,
Ini kan sedang tradisi”

Label

Cerpen (1) puisi (5)