Senin, 21 Oktober 2013

TIPS MENULIS CERPEN (MENANAM BIJI JERUK!)

Menanam biji jeruk, berbuah jeruk.

Menciptakan suatu cerpen yang menarik merupakan hal yang gampang-gampang susah. Pada  materi pertama telah dijelaskan bahwa menulis layaknya menuangkan air ke dalam gelas. Nah, cerpen yang bagus pastilah tercipta dari tangan penulis yang sering menulis pula. Penulis seperti ini punya banyak sekali ide dalam setiap tulisannya. Mereka menciptakan sebuah alur yang bagus, tokoh yang kuat, dan tema yang menarik. Dari semua ini, muncul pertanyaan “dari mana ide mereka selama ini?”
Ide anda adalah biji jeruk dan cerpen anda adalah jeruk. Jika anda menanam biji jeruk yang akan tumbuh adalah tanaman jeruk. Sangat tidak mungkin jika anda menanam biji jeruk, tapi yang tumbuh adalah apel. Pertanyaanya, dari mana anda mendapatkan biji jeruk untuk ditanam?
Hanya ada satu jawaban yang tersedia. Biji jeruk tersebut adalah pengalaman Anda sendiri, kehidupan Anda sendiri, kenangan Anda sendiri, mimpi Anda sendiri, dan imajinasi Anda sendiri. Tokoh yang Anda ciptakan mungkin saja orang yang Anda kenal. Alur yang Anda ciptakan mungkin saja pengalaman Anda sendiri.
Sebelum menanam ide (biji jeruk) ke dalam kertas, Anda harus menelaah dalam-dalam ingatan Anda. Ingatlah biji jeruk anda secara detail. Ingatlah peristiwa Anda secara detail. Ingatlah teman Anda, orang-orangnya, makanannya, mainanya, baunya, suaranya, suara tawanya, dan lain sebagainya. Ketika Anda telah ingat semuanya secara gamblang, yang harus Anda lakukan selanjutnya adalah menceritakanya ke dalam tulisan. Mulailah dengan kata-kata: “Aku ingat sewaktu ….”
Ini adalah cara yang paling sederhana bagi para penulis pemula. Memang terlihat sangat sedehana, tetapi belum tentu mudah dilakukan. Ada sebagian orang yang takut mengingat kenangan pahitnya. Ada juga orang yang senang mengingat masa lalunya. Namun jika Anda ingin menjadi penulis hebat, Anda tidak boleh takut mengingat kenangan pahit, manis, unik, lucu, dan lain sebagainya.
Ingatlah jika anda menanam jeruk yang akan tumbuh adalah tanaman jeruk (tak mungkin apel). Jangan lupa pula jenis jeruk anda, jika anda menanam jeruk bali, tidak akan mungkin yang tumbuh adalah jeruk mandarin atau yang lainnya. Anda tidak akan bisa membohongi orang lain.
Dasar yang harus dipunyai seorang penulis pemula adalah “cita-cita”. Namun cita-cita  diperlukan hanya sebagai motivasi saja. Penulis pemula sering membayangkan “Andai saja saya seorang Andrea Hirata,” atau “Andai saja saya seorang Putu Wijaya,” dan lain sebagianya. Nah, yang menjadi jebakan adalah penulis pemula akan sering meminjam cara bercerita dari penulis kesayangannya. Cara meminjam adalah jalan terakhir jika Anda telah buntu dengan tulisan Anda. Cerpen yang ingin Anda tulis sebenarnya ada di dalam diri Anda sendiri. Jangan mencarinya di luar diri Anda. Anda harus melihat pengalaman Anda sendiri sebagai bahan cerita.
Dengan mengingat pengalaman atau pengetahuan Anda, bukan berarti semua tulisan yang Anda ciptakan merupakan laporan peristiwa yang bersifat autobiografis, atau bahkan fiksi yang berpijak pada kehidupan yang diingat si pengarang. Cara mengingat seperti ini adalah cara awal yang manjur untuk memulai penciptaan fiksi Anda. Kenangan masa kecil hanyalah permulaan, latihan pertama yang penting dalam perkembangan Anda sebagai penulis cerpen.

Jangan pernah terjebak pada suatu imajinasi yang belum pernah Anda alami. Sebagai contoh, jika Anda ingin menulis cerpen berlatar di Jepang, Anda harus pernah pergi ke Jepang. Jika Anda ingin menulis bahwa mawar itu harum, Anda harus pernah mencium seberapa harumnya bunga mawar. Jangan sampai Anda menulis suatu kepalsuan, yang Anda tidak tahu. Contohnya Anda menulis “Aku mencium tangan mungilnya, seperti aku mencium wanginya anggrek yang baru mekar,”. Anda tahu apa yang salah dengan tulisan ini? Kesalahan terbesar adalah kenyataan bahwa anggrek tidak wangi. Mungkin bagi sebagian orang ini hanya masalah sepele, tapi mungkin juga kesalahan ini akan menghilangkan kepercayaan pembaca kepada Anda. Jika hal ini terjadi, pembaca tidak akan tertarik lagi pada setiap cerpen yang Anda tulis. Bukankah pembaca adalah unsur terpenting untuk cerpen Anda?

NB : ilustrasi gambar dari http://gardenofeaden.blogspot.com/2009/09/how-to-grow-orange-tree-from-seed.html
Daftar Pustaka :
Bird, Carmel. 1996. Menulis dengan Empati, Panduan Empatik Mengarang Fiksi. Bandung:Kaifa


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

Cerpen (1) puisi (5)