Kamis, 31 Oktober 2013

Evaluasi Pembelajaran Sastra (Puisi)?

Karya sastra mempunyai sifat menghibur dan bermanfaat. Sifat itulah yang membuat karya sastra selalu digemari dari dulu sampai sekarang. Baik puisi, cerpen, maupun novel selalu mempunyai tempat tersendiri di tengah masyarakat yang selalu berubah-ubah.
Selain itu, sifat utama sastra adalah memberi kebebasan kepada pembacanya untuk menginterpretasikan kata, makna, amanat, dll. yang terdapat dalam puisi, cerpen, maupun novel. Sesorang tak bisa menyalahkan sepenuhnya interpretasi seseorang terhadap karya sastra yang dibacanya. Hanya saja ada rambu-rambu agar pembaca dapat memahami karya satra secara benar.
Puisi termasuk bagian dari karya sastra yang mempunyai penggemar yang cukup besar. Setiap orang bisa menjadi penyair puisi. Begitupun sebaliknya, seseorang bisa membaca puisi tanpa ada batasan interpretasi. Banyaknya minat dan produksi puisi yang berjuta-juta tersebut menandakan bahwa puisi adalah karya sastra yang sangat digemari dari semua kalangan. Hal inilah yang menasbihkan puisi sebagai karya satra yang paling konsisten digemari sepanjang masa.
Konsistensi sastra (termasuk puisi) ini berlanjut dalam dunia pendidikan. Pendidikan Indonesia telah memasukan sastra dalam acuan pembelajaran yang harus diajarkan kepada siswa (standar kompetensi dan kompetensi dasar). Siswa dituntut untuk menguasai ketrampilan bersastra, baik berekspresi mapun mengapresiasi.
Sebagaimana diketahui bahwa puisi mempunyai dua hakikat. Hakikat pertama seseorang yang membaca puisi bebas meinterpretasikan makna yang terkadung di dalamnya. Hakikat kedua, kata dalam puisi hakikatnya adalah pemadatan (konsentrif), artinya sebuah kata dalam puisi mempunyai makna multitafsir. Hal ini menimbulkan dilema dalam dunia pendidikan terutama dalam hal apresisasi puisi.
Alat evaluasi pembelajaran apresisai puisi (walau tidak seluruhnya) menggunakan sistem pilihan ganda. Soal-soal seperti ini menyajikan sepotong puisi dan menyoalkan interpretasi siswa. Hal ini menimbulkan masalah baru, siswa dituntut memilih satu dari lima pilihan jawaban yang sangat mirip satu sama lain. Padahal siswa bisa saja memahami puisi tersebut dengan cara berbeda, dan mungkin hasil interpretasinya tidak sama dengan salah satu pilihan jawaban. Kalaupun ada yang sama dengan pilihan jawaban, belum tentu jawaban yang dipilihnya “benar” menurut kunci jawaban soal.

Dari keadaan seperti ini sebetulnya bagaimanakah alat evaluasi pembelajaran apresiasi puisi yang tepat untuk diterapkan di dunia pendidikan Indonesia?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

Cerpen (1) puisi (5)