Seekor burung Pipit terbang
melintasi persawahan di dekat pantai Cahaya kabupaten Kendal. Ia terbang dengan
perasan ceria karena hendak menemui sahabatnya, Seekor burung Bangau.
Sahabatnya itu tinggal di sebuah pohon di dekat area tambak. Bangau sangat suka
ikan-ikan kecil yang sering muncul di pinggir tambak.
Sampailah burung Pipit di
sarang Bangau. Namun ia tidak menemukan sahabatnya itu ada di sarangnya. Ia
mencari di sekitar tambak. Rupanya bangau sedang berdiri satu kaki di tengah
tambak. Kemudia burung Pipit segera memanggilknya dari kejauhan.
“Bangau, Bangau, ke sini, aku datang,” panggil Burung
Pipit.
“Iya, saya segera ke situ,” jawab Bangau.
Burung Bangau mengepakkan sayapnya yang lebar dan
berwarna putih, lalu terbang menhampiri burung Pipit.
“Hai, Pipit, apa kabar?” tanya Bangau.
“Baik, kamu sendiri?” jawab Pipit.
“Aku baik-baik saja, sehat, aku sedang mencari ikan-ikan
kecil di sekitar tambak, kamu mau?” tanya Bangau.
“Wah, maaf Bangau, aku tidak makan ikan kecil, aku
biasanya makan padi di sawah,” jawab Pipit.
“Oh, begitu, berarti aku tidak bisa menjamu sahabatku
ini, karena aku hanya bisa mencari ikan-ikan kecil,” ujar Bangau.
“Tidak, apa-apa Bangau, aku mengerti,” jawab Pipit.
“Ada apa kamu datang kemari Pipit?” tanya Bangau.
“Aku ingin mengabarkan bahwa aku sudah punya anak,” jawab
Pipit.
“Wah, senang sekali, akhirnya kamu sudah punya anak,
besok aku akan berkunjung ke rumahmu untuk melihat ponakan-ponakanku,” kata
Bangau.
“Iya, kutunggu kamu besok ya,” jawab Pipit.
Mereka berdua kemudian mengobrol tentang masa kecilnya
dulu. Setelah selesai mengobrol, Pipit pamit pulang kepada Bangau. Ia harus
memberi makan anak-anaknya yang sudah kelaparan.
“Bangau, aku pamit pulang ya,” kata Pipit.
Pipit terbang menuju
sarangnya. Ia melintasi sawah-sawah yang sudah mulai menguning. Di dalam
hatinya terasa senang sekali, karena esok hari akan dikunjungi oleh sahabatnya.
Kemudian ia turun ke sawah untuk mengambil beberapa butir padi untuk
anak-anaknya.
Namu, tiba-tiba alangkah kagetnya burung Pipit, ia
terjerat jaring milik pak Tani. Ia kesulitan lepas dari jaring Pak Tani. Tidak
lama kemudian, pak Tani datang dan menangkapnya. Ia dimasukkan ke dalam
kurungan bersama burung-burung lain yang tertangkap.
***
Burung Bangau segera
menyuapi anak-anak burung Pipit dengan ikan-ikan kecil hasil tangkapannya.
Namun, anak-anak burung Pipit tidak bisa memakan ikan-ikan kecil. Alangkah
takutnya si Bangau. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia tidak tahu harus
mencari burung Pipit kemana. Burung Bangau melihat satu per satu anak burung
Pipit karena kelaparan. Ia sedih karena tak bisa membantu anak sahabatnya itu.
Dengan sangat menyesal,
akhirnya burung Bangau meninggalkan sarang burung Pipit. Ia telah menjaga
persahabatan ini dengan berusaha menolong anak Burung Pipit. Namun apa daya,
Bangau adalah Bangau. Ia tidak bisa mengambil butir padi seperti Pipit. Begitu
pula burung Pipit, ia tidak akan bisa memakan ikan kecil seperti Bangau.
Sejak kejadian itu Bangau
bertekad akan selalu menjaga persahabatannya. Ia akan selalu menolong
sahabatnya dengan cara yang tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar